You are awesome.

Kamis, 23 Oktober 2014

Folklore - Sejarah

     Legenda Puteri Kaca Mayang ini berasal dari Pekanbaru, Riau. Legenda ini menceritakan seorang raja bernama Raja Gasib , yang memiliki puteri cantik yang bernama Puteri Kaca Mayang. Namun, puteri cantiknya itu belum juga dipinang seorang lelaki karena para raja lainnya segan karena Raja Gasib memiliki panglima yang amat gagah, bernama Panglima Gimpam. Suatu hari, Raja Aceh memberanikan diri untuk meminang Puteri Kaca Mayang dan mengutus 2 orang sebagai utusannya. Namun, Raja Gisab menolak pinangan tersebut dan mengatakan bahwa puterinya tidak siap menikah. Lalu terjadi perlawanan dari Raja Aceh. Raja Aceh. Pasukan Raja Aceh memorak-mandakan kerajaan Gasib dan berhasil mengambil paksa Puteri Kaca Mayang. Panglima Gimpam tidak tinggal diam, ia melakukan perlawanan ke Kerajaan Aceh. Raja Aceh menggunakan dua gajah besar untuk menahan dan melawan Panglima Gimpam. Tetapi, karena keberaniannya, Panglima Gimpam mampu menjinakkan dua gajah tersebut. Raja Aceh sangat takjub akan keberanian Panglima Gimpam lalu mengembalikan Puteri Kaca Mayang ke tangan Panglima Gimpam. Tetapi, Puteri Kaca Mayang kembali tidak dengan keadaan sehat, melainkan sakit parah yang tidak tahu apa obatnya. Di perjalanan, Puteri Kaca Mayang menghembuskan nafas terakhirnya. Saat sampai di Kerajaan Gasib, Panglima Gimpam dan Puteri Kaca Mayang disambut oleh duka mendalam. Seluruh kerajaan berkabung. Dipukul rasa duka yang amat membuatnya kesepian, Raja Gasib meninggalkan kerajaannya untuk sementara dan mengutus Panglima Gimpam sebagai raja sementara. Namun, tak berlangsung lama, Panglima Gimpam pun berniat meninggalkan kerajaan itu. Sifatnya yang setia, membuat Panglima Gimpam tidak ingin menikmati di atas kesedihan dan penderitaan orang lain, apalagi rajanya. Ia tidak mau mengambil milik orang lain walaupun kesempatan di depan matanya. Akhirnya, atas kehendaknya sendiri, Panglima Gimpam meninggalkan kerajaan dan membangun sebuah kampung yang dinamakan Pekanbaru. Hingga kini, nama itu dipakai untuk nama ibu kota Provinsi Riau, yaitu Pekanbaru. Sementara, makam Panglima Gimpam masih dapat kita saksikan di Hulu Sail, sekitar 20 km dari Kota Pekanbaru.

Analisis folklore : Cerita ini berasal dari Riau. Cerita ini menyampaikan nilai moral yaitu sifat setia dan tidak mengambil apa yang bukan miliknya. Orang tua Melayu mengatakan, "yang hak berpunya, yang milik bertuan". Dalam ungkapan adat juga disebutkan, "hak orang kita pandang, milik orang kita kenang, pusaka orang kita sandang", yang maksudnya adalah hak dan milik orang wajib dipandang, dikenang, dipelihara, dihormati, dan dijunjung tinggi. Orang tua melayu juga senantiasa mengingatkan anak kemenakan ataupun anggota masyarakatnya untuk tidak menuruti hawa nafsu dan serakah.

apa tanda orang terkutuk,
mengambil milik orang ia kemaruk
apa tanda orang celaka,
mengambil hak orang lain semena-mena

Thank's to this source : http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1698/puteri-kaca-mayang-asal-mula-kota-pekanbaru