You are awesome.

Minggu, 30 Agustus 2015

PERJUANGAN Diplomasi Indonesia Pasca Kemerdekaan

     Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya memiliki dua cara, yakni dengan cara konfrontasi dan diplomasi. Perjuangan konfrontasi atau fisik diwujudkan dengan melakukan berbagai perlawanan di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan perjuangan diplomasi diwujudkan dengan cara mengadakan perundingan-perundingan untuk mendapat pengakuan internasional atas merdekanya Indonesia. Indonesia dalam perjuangan diplomasinya telah melakukan berbagai perundingan, sebagai berikut:

1. Perjanjian Linggarjati
     Perjanjian Linggarjati diselenggarakan pada tanggal 10 November 1946 di Linggarjati, Cirebon. Dalam perundingan, Sutan Syahrir menjadi ketua delegasi Indonesia, sedangkan Belanda diwakili oleh tim yang dinamakan Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim Schermerhorn dengan anggota H.J Van Mook, dan yang bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini adalah Lord Killearn yang berasal dari Inggris.
     Isi perjanjian Linggarjati :
a. Belanda hanya mengakui kekuasaan RI atas 3 Pulau, yakni Jawa, Madura, dan Sumatera secara de facto.
b. Dibentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat) atas kesepakatan RI dan Belanda dan Indonesia merupakan salah satu negara bagiannya.
c. Akan dibentuknya Uni Indonesia-Belanda yang mencakup RIS dan Belanda yang akan diketuai oleh Ratu Belanda.
     Perjanjian Linggarjati ini ditandatangani secara sah di Istana Merdeka pada bulan Maret 1947. Namun, dalam kenyataannya, Belanda masih terus melakukan Agresi Militer I nya dan Van Mook berpidato dalam radio menyatakan bahwa Belanda tidak lagi berhubungan dengan Perjanjian Linggarjati sebagai kedok internasional dan mengaku-ngaku bahwa agresi tersebut sebagai Aksi Polisionil.
Kelebihan : Indonesia mendapat pengakuan kedaulatannya oleh internasional, yakni dari Mesir, Afghanistan, Yaman, Saudi Arabia, dan beberapa negara lainnya di Timur Tengah.
Kekurangan : Pemerintah Indonesia wajib turut pada Belanda akibat dari Uni Indonesia-Belanda dan wilayah kekuasaan Indonesia yang sangat sempit, yakni hanya Jawa, Madura, dan Sumatera,

2. Perjanjian Renville
     Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang AS sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari AS, Australia, dan Belgia. Indonesia diwakili oleh Amir Syarifudin Harahap dan Belanda diwakili oleh Kolonel KNIL yaitu Abdulkadir Widjajaatmodjo. Sedangkan Amerika dalam delegasi diwakili oleh F.P Graham.
     Isi perjanjian Renville :
1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi (garis Van Mook) yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur
      Akibat buruk bagi Indonesia : 
1. Wilayah Republik Indonesia menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda.
2. Timbulnya reaksi kekerasan di kalangan para pemimpin Republik Indonesia yang mengakibatkan jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara kepada Belanda.
3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda.
4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari daerah-daerah gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang berdekatan.
5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan Republik Indonesia, Belanda membentuk negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara Jawa Timur. Negara boneka tersebut tergabung dalam BFO (Bijeenkomstvoor Federal Overslag).
       Dampak bagi Belanda karena adanya perjanjian renville, yaitu : 
1. Berdaulat penuh atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat terbentuk.
2. Wilayah yang dikuasai Belanda pada Agresi Militer I menjadi wilayah penduduk Belanda.

3. Perjanjian Roem-Royen
      Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem (Indonesia) dan Herman van Royen (Belanda). Perjanjian ini dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.
     Hasil pertemuan ini adalah:
1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya
2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tawanan perang
     Pada tanggal 22 Juni 1949 diadakan perundingan segitiga antara Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda di bawah pengawasan Komisi PBB yang dipimpin oleh Christchley. Perundingan itu menghasilkan tiga keputusan:
1. Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1949.
2. Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949.
3. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den Haag.  
     Setelah tercapainya perundingan Roem Royen, pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta. Selanjutnya, disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. PB Jenderal Sudirman tiba kembali di Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintahan RI kembali ke Yogyakarta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang kabinet. Dalam sidang tersebut Syafruddin Prawiranegara (presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) mengembalikan mandat kepada wakil presiden Moh Hatta. Dalam sidang tersebut juga diputuskan Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat menjadi menteri pertahanan merangkap koordinator keamanan.

4. Konferensi Inter-Indonesia
     Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya konsensus yang dibangun melalui Konferensi Inter-Indonesia yang menjadi modal berharga bagi pemerintah RI, terutama delegasi Indonesia yang ditunjuk untuk berunding dengan Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Keberadaan BFO dan sikap tegas Gede Agung untuk menolak intervensi Belanda membuat pemerintah Indonesia memiliki legitimasi yang makin kuat untuk berunding dengan Belanda di KMB.

5. Konferesi Meja Bundar (KMB)

Den Haag, Belanda
      Dampak positif KMB bagi Indonesia :
1. Berhentinya perang antara belanda dan Indonesia
2. Diakuinya Indonesia sebagai sebuah negara oleh belanda
3. Penarikan mundur tentara - tentara Belanda di wilayah Indonesia

     Dampak negatif KMB bagi Indonesia :
1. Tertundanya penyelesaian masalah Irian Barat
2. Hutang Belanda pada 1942 sampai disepakatinya RIS akan ditangung RIS
3. Indonesia menjadi negara bagian RIS di mana menjadi bawahan dari pemerintahan Belanda

   Perjuangan diplomasi inilah yang kemudian melejitkan tokoh-tokoh politik di Indonesia, seperti Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Sujatmoko, dan Dr. Sumitro Jayahadikusumo yang terlibat dalam perwakilan Indonesia di sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Perjuangan diplomasi mengedepankan ideologi-ideologi yang matang dan kuat, bukan fisik yang kemudian menjatuhkan banyak korban. 

Sumber berjasa :

Terima kasih kepada sumber-sumber di atas. 2 sumber di atas merupakan blog teman-teman saya :) Wohoo keren ya~ Inshaa Allah saya tidak hanya meng-copas- tapi juga mengedit kata-katanya, sedikit mengutip dan menambahkan dengan kata-kata sendiri :) 
Sekian dan terima kasih! 


Rabu, 26 Agustus 2015

Dear, Daddy

I see you every day
Stare at me every night
Dad, you're framed in a picture
Look at me now
I'm tough
I'm youthful
I'm brave
I believe it's more than I could be
You know
I'm about 16 this year
It means I'll be getting 17 next year
A birthday without you, for more?
It's ok, hurts sometimes
Dad, I just keep asking why are you leaving me
While I need a hand to hug me tight
While I need a strong shoulders to cry on
While I need every single thing from you which make me feels motivated
Dad, are you listening to me now?
Are you there every time I cry?
Are you intending to lift me when you see me down?
Dad, a lot of memories made
From the day I was born until you left me first
You left me and you'll never come back
You left me and you'll never come back
You left me and you'll never come back
















your sweetie, 
nuni





Nama Tokoh Indonesia yang Dijadikan Nama Jalan di Dunia

Selasa, 25 Agustus 2015

Mengapa Mereka Memihak Belanda?

Gencar memang saat melihat nama tersebut dalam kolom bertuliskan "ketua delegasi Belanda" pada saat ditampilkan slide "Perjanjian Renville" oleh Pak Erwin, guru sejarah indonesia di sekolah saya.

"Kok namanya orang Indonesia, Jawa Jawa gitu?"
"Wah.. dia berkhianat!"
"Mungkin dia keturunan Belanda"
"Atau mungkin dia kewarganegaraan Belanda"
"Dibayar gede kali sama Belanda"

Kenapa? Kenapa? KENAPA?
Abdulkadir Wijoyoatmojo adalah seorang berpangkat Kolonel KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda), yang mana KNIL itu sendiri melayani pemerintahan Belanda namun beberapa dari anggotanya dari Indonesia. Abdulkadir Wijoyoatmojo termasuk yang memiliki pangkat tinggi yaitu kolonel karena hubungannya yang dekat dengan Belanda. Beliau dipercaya menjadi ketua delegasi Belanda dalam Perjanjian Renville yang diselenggarakan dan kemudian ditandatangani di Tanjung Priok, 17 Januari 1948 di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat. Kedekatannya dikarenakan beliau menjadi sekretaris kedutaan besar Belanda di Jeddah sejak tahun 1916. Abdulkadir Wijoyoatmojo juga menjabat sebagai kepala NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Begitulah asal-usul Abdulkadir Wijoyoatmojo menjadi ketua delegasi Belanda dan menandatangani perjanjian renville atas nama Belanda.

Abdulkadir Wijoyoatmojo dan negosiator Belanda (Vredenburch)  di atas kapal USS Renville
sumber:
http://www.gahetna.nl/collectie/afbeeldingen/fotocollectie/zoeken/start/10/weergave/detail/tstart/0/q/zoekterm/batavia/q/commentaar/1/f/Vervaardiger/Aneta
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdulkadir_Widjojoatmodjo
https://id.wikipedia.org/wiki/Koninklijk_Nederlands-Indische_Leger

Lalu, bagaimana dengan Sultan Hamid II?
Jreng~
Beliau lah yang tidak lain dan tidak bukan tokoh hebat yang merupakan pencetus burung garuda sebagai lambang negara Republik Indonesia. Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak ini memiliki nama lahir Syarif Abdul Hamid Alkadrie. Siapa sangka, beliau memiliki darah Arab dan Indonesia dan kemudian menikah dengan wanita asli Belanda. Pendidikannya di Belanda, tamat hingga beliau mendapatkan pangkat letnan pada KNIL. Sultan Hamid II menyumbangkan idenya dalam mengganti pita merah putih yang pada awalnya dicengkram oleh burung garuda, menjadi pita putih yang kita biasa lihat sampai sekarang. Alasan beliau adalah "Bhineka Tunggal Ika". Namun, hubungan setelah adanya dialog intensif antara Sultan Hamid II, Bung Hatta dan Bung Karno tidak berjalan lama. Hal itu dikarenakan Sultan Hamid II bergabung dalam Pembantaian Westerling untuk kudeta anti-republik di Bandung dan Jakarta.
Karena beliau lah yang merupakan ketua delegasi BFO, sebuah organisasi kerjasama dari pemimpin negara-negara federal yang terbentuk pasca perjanjian Linggarjati dan Renville.
Mengapa beliau yang menjadi ketua BFO dalam KMB di Den Haag? Sultan Hamid II merupakan keturunan dari kesultanan Pontianak sekaligus kepala negara Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB). Setahun setelah Konfrensi Inter-Indonesia yang berhasil menemukan kesamaan kata antara BFO dan NRI (Negara Republik Indonesia), dilaksanakanlah Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Dalam pertemuan itu, Sultan Hamid II menjadi pemimpin delegasi BFO. Sementara delegasi Indonesia (NRI) dipimpin oleh Mohammad Hatta, dan delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseven.
 Akhir dari konferensi ini adalah Negara Belanda dan Negara Republik Indonesia (NRI) sama-sama menyerahkan kedaulatan kepada sebuah negara baru yang merdeka dan berdaulat bernama Republik Indonesia Serikat (RIS). Di dalam RIS, selain NRI, juga akan bergabung negara-negara yang sudah terhimpun dalam BFO. Pada titik inilah sesungguhnya Indonesia baru benar-benar meraih kemerdekaannya baik secara defacto maupun yuridis.

Sultan Hamid II memiliki pangkat Letnan dalam KNIL
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Hamid_II
http://mymrcuriosity.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html



Kamis, 13 Agustus 2015

Mengisi Waktu Istirahat

Aku menghela napas
Masih sesak rasanya
Mengigat kata-kata itu
Sakit
Aku bukan pendendam
Namun mudah tersinggung
Rapuh
Kenapa waktu itu aku tidak melawan?
Kenapa aku terus menerima sikapnya yang kian membuat hatiku tidak tenang?
Aku yakin ia orang baik
Hanya terkadang ia kalah oleh nafsunya
Marah, jengkel, iri
Biasalah, remaja
Labil
Ia susah sekali mengontrol dirinya
Ada apa ya?
Mengapa sikapnya demikian?
Sudah menjadi akhlaknya kah?
Harusnya ia tahu, 
terkadang kata-katanya menyakiti orang lain
Aku memaafkannya
Jujur, aku memaafkannya
Walaupun ia belum meminta maaf padaku
Aku pun tak yakin ia akan meminta maaf
Senyum yang dilontarkannya pun hanya tertuju kepada beberapa orang
Mengapa hatinya penuh benci?

Rabu, 12 Agustus 2015

Menomorsepuluhkan

10? Kenapa 10?
Karena ada yang jauh lebih penting
Adanya prioritas
Adanya kebutuhan, bukan kemauan semata
Aku mulai dewasa
Setidaknya aku tahu yang mana yang harus kuubah
Yang mana yang harus kutinggalkan
Yang mana yang harus kulakukan
Aku tahu

Senin, 10 Agustus 2015

Kemerdekaan Indonesia adalah Hasil Perjuangan Indonesia, bukan Pemberian Jepang

     Jepang yang terkenal akan anime dan teknologinya yang canggih memang patut diacungi jempol. Tidak jarang remaja Indonesia atau bahkan di dunia, mengagumi Jepang beserta karya-karyanya, dari mulai manga, fashion mode, sampai teknologi canggihnya seperti automotif dan berbagai jenis robot. Jepang berhasil membangun kembali negaranya dari 0 dan melakukan Politik Isolasi yang merupakan kebijakan menutup diri dari negara-negara barat. Kebijakan Sakoku ini ditetapkan oleh Shokun Tokugawa pada tahun 1639. Jepang melepaskan hubungan bilateral maupun multilateralnya dengan negara-negara barat. Namun pada tahun 1854, Comodor Perry datang ke Jepang dengan "Kapal Hitam"nya dan didesaklah Jepang untuk menandatangani Perjanjian Kanagawa. Perjanjian tersebut berisikan kesediaan Jepang untuk membuka pelabuhan-pelabuhannya untuk kapal-kapal dari Amerika. Perjanjian itulah yang menjadi akhir dari Politik Isolasi yang telah berjalan selama 200 tahun. 
     Melihat Amerika yang maju, Jepang merasa ketinggalan dan kemudian menyadarkan Meiji untuk mewujudkan Restorasi Meiji yang menjadi awal era modern Jepang. Meiji mengutus beberapa pejabat Jepang ke Amerika Serikat dan Eropa untuk mempelajari seluk-beluk kemajuan barat serta ideologi yang mendasari kemajuan itu. Misi itu disebut dengan Misi Iwakura. 
Semenjak menjalani misi iwakura, Jepang menjadi ambisius untuk melakukan pertumbuhan negaranya. Jepang kemudian menjadi negara yang imperialis. Jepang membutuhkan 3 hal untuk pertumbuhannya dan melawan sekutu/allinace dalam perang pasifik, yakni:  
1.     pasokan bahan mentah yang stabil
2.     pelayaran yang aman
3.     pasar bagi hasil industri-industrinya
     Pada tanggal 11 Januari 1942, Jepang mendarat di Tarakan, KalTim. Mengapa Tarakan? Karena Jepang ingin menguasai tanaman jarak yang ada di tarakan untuk dijadikan sebagai bahan bakar untuk kepentingan perangnya. Sampailah Jepang menguasai seluruh Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942 yang ditandai dengan Perjanjian Kalijati, 8 Mar 1942, Belanda menyerahkan Indonesia pada Jepang. Dengan membebaskan Indonesia dari jajahan Belanda, masyarakat Indonesia amat senang dan membuat mereka beranggapan positif kepada Jepang. Jepang pun berhasil menarik simpatik masyarakat Indonesia dengan memberikan janji kemerdekaan.
     Dalam menguasai Indonesia, Jepang tidak hanya menguasai sumber daya alam dan daratan, tetapi juga memanfaatkan masyarakat Indonesia untuk dijadikan sebagai alat pembantu pekerjaan mereka. Jepang membentuk berbagai macam organisasi semi maupun resmi militer yang beranggotakan pria maupun wanita Indonesia. Tidak hanya itu, Jepang juga memberlakukan kerja paksa seperti yang dilakukan oleh barat, kerja paksa ini dinamakan Romusha. 
Berikut organisasi semi-militer yang dibentuk Jepang:
1.     Seinendan - Barisan Pemuda yang dibentuk untuk mendidik dan melatih pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Organisasi ini berisikan pemuda kurung usia 14-22 tahun,
2.     Keibodan - Barisan Pembantu Polisi yang dibentuk bersamaan dengan Seinendan yang ditempatkan langsung dibawah pengawasan polisi. Di Sumatera, organisasi ini disebut Bogodan, sedangkan di Kalimantan, organisasi ini disebut dengan Borneo Konan Hokokudan.
3.     Gakukotai - Barisan/ Laskar Pelajar.
4.     Jibakutai - Pasukan Berani Mati.
5.     Seinentan - Barisan Pemuda.
6.     Fujinkai - Barisan Wanira yang berisikan wanita Indonesia yang dilatih juga dalam kemiliteran untuk ikut memperkuat pertahanan. Para wanita ini pun ditugaskan untuk mengumpulkan perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan.
7.     Syusintai - Barisan Pelopor yang dibentuk pada tanggal 1 November 1944 dengan pemimpin Ir. Soekarno. Organisasi ini berfungsi dalam memanfaatkan kesempatan untuk menanamkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda.
Sedangkan organisasi militer yang dibentuk Jepang, yakni:
1.     Heiho - Pembantu Prajurit Jepang yang ditempatkan dalam AD maupun AL untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya/ Pasifik. Tidak hanya pelatihan militer, pemuda Indonesia yang tergabung dalam Heiho juga diberikan ilmu keterampilan mengendalikan senjata, pesawat, dan tank. 
2.     PETA - Pembela Tanah Air yang kemudian menjadi cikal bakal Tentara Negara Indonesia.
     Pak Erwin, guru Sejarah Indonesia di sekolah saya menanyakan, "Jadi, menurut kalian, kemerdekaan Indonesia itu hasil pemberian Jepang atau hasil perjuangan Indonesia sendiri?" 
Berdasarkan buku yang saya baca, buku pelajaran Sejarah Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, dengan yakin, maka jawaban saya...
     "Tidak, kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian Jepang melainkan perjuangan Indonesia sendiri. Memang Jepang memberikan janji kemerdekaan, namun, janji yang diberikan itu tanggal 24 Agusutus 1945. Janji tersebut diucapkan oleh Jenderal Terauchi yang mengundang Ir. Soekarno, Dr, Moh. Hatta dan Drs. Radjiman Wedyodiningrat ke markas pusat Jepang di Dalat, Vietnam pada tanggal 7 Agustus 1945. Janji itulah yang kemudian membuat Soekarno dan para golongan tua lainnya bersikukuh untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 24 Agustus 1945 pada saat golongan muda bersemangat dan mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasaikan kemerdekaan. Bagaimana bisa golongan muda mendesak para golongan tua untuk melakukan hal tersebut? Bisa saja, karena golongan muda telah mendengar siaran dari radio British Broadcasting Corporation (BBC) tentang berita bahwa Jepang akan menyerah pada sekutu dikarenakan 2 bom yang dijatuhkan sekutu  di atas 2 kota Jepang, yakni Hiroshima (7/08/45) dan Nagasaki (9/08/45). Namun, saat didesakpun Soekarno memiliki pertimbangan, yakni:
1.     belum ada kepastian Jepang sudah kalah dan menyerah pada sekutu. Beliau khawatir jika memproklamasikan kemerdekaan tanpa restu Jepang malah akan memicu pertumpahan darah.
2.     waktu yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan adalah sesuai dengan yang dijanjikan Jepang (24/08/45), maka beliau menunggu keputusan dari PPKI yang merupakan lembaga bentukan Jepang.
     2 pertimbangan itulah yang kemudian membuat golongan muda menganggap bahwa Soekarno-Hatta telah tunduk pada campur tangan Jepang. Kemudian, pada tanggal 15 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo pergi ke kediaman Mayjen Yamamoto, kepala pemerintahan militer Jepang di Indonesia, untuk mengonfirmasikan apakah benar Jepang sudah menyerah pada sekutu. Namun ternyata Yamamoto tidak ada di kediamannya. Pergilah mereka ke kediaman Laksamana Maeda yang kemudian Laksamana Maeda membenarkan berita tersebut dan mempersilakan PPKI untuk mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan kemerdekaan. Maka para golongan tua pun berencana untuk mengadakan rapat PPKI pada tanggal 16 Agustus 2015 pukul 10.00. Namun, golongan muda tetap bersikeras dalam mendesak golongan tua. Dilakukanlah "penculikan" Soekarno-Hatta pukul 04.00 dan dinamai Peristiwa Rengasdengklok, karena mereka diasingkan ke Rengasdengklok. Disana, terjadi perdebatan antara Wikana (perwakilan gol.muda) dan Achmad Soebardjo (perwakilan gol.tua) yang kemudian berakhir dengan kesepakatan "proklamasi dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945". Dengan kesepakatan itulah akhirnya seluruh tokoh kembali ke Jakarta meskipun rapat PPKI dibatalkan. Mereka mempersiapkan naskah proklamasi. Pada tanggal 17 Agustus 1945, akhirnya, Indonesia merdeka dan bebas dari penjajahan manapun atas perjuangannya sendiri."


Sekian, terimakasih. :)